Namo Buddhaya Selamat datang di blog Dhamma Bestari Mempawah

Sabtu, 05 Juni 2010

Perkembangan Agama Buddha

PERKEMBANGAN AGAMA BUDDHA
Dhamma Khatulistiwa, Jumat, 18 Desember 2009
SEJARAH PERKEMBANGAN AGAMA BUDDHA
DI INDONESIA
A. SRIWIJAYA
1. Kerajaan Sriwijaya sekarang diperkirakan terletak disekitar kota Palembang, Sumatra selatan
2. Kerajaan ini didirikan sekitar abad ke VII, para Raja di kerajaan ini umumnya menganut agama Buddha, hal ini dapat dilihat dari catatan bahwa di ibu kota terdapat Perguruan Tinggi agama Buddha.
3. Di Perguruan tinggi ini banyak bhikkhu yang belajar agama dan ilmu pengetahuan lainnya.
4. Di Kerajaan ini tinggal seorang pujangga yang sangat terkenal yaitu Dharmapala dan sakyakirti yang sempat belajar di Perguruan tinggi ini.
5. Agama Buddha di Sriwijaya juga diberitakan oleh seorang pemuda dari daratan China bernama Itsing.
6. Itsing datang ke Sriwijaya pada tahun 671, setelah ia berziarah ke India. Itsing tinggal di sriwijaya selama 6 bulan sebelum ia kembali lagi ke India.
7. Untuk kedua kalinya Itsing datang kembali ke Sriwijaya pada tahun 688 dan menetap selama 7 tahun.
8. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Itsing para bhikkhu yang belajar berjumlah 1.000 orang.
B. MATARAM I WANGSA SYAILENDRA
1. Kerajaan Mataran dipimpin oleh Raja Wangsa Syailendra pada abad ke VIII antara tahun 775-850.
2. Pada zaman ini agama Buddha berkembang sangat pesat sekali karena pada saat itulah Candi Borobudur, Candi Pawon, Candi Mendut, Candi Plaosan, Candi Kalasan, Candi Sewu didirikan oleh seniman bangsa Indonesia.
3. Candi-candi tersebut dapat berdiri atas perintah Raja syailendra
4. Setelah raja Samaratungga meninggal, Mataram diperintah kembali oleh Raja dari Wangsa Sanjaya yang beragama Hindu, namum agama Buddha dan Hidu dapat berkembang dengan rukun dan damai.
C. MAJAPAHIT
1. Kerajaan ini dipimpin oleh Raja Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada tahun 1292-1478.
2. Dibawah Raja-raja Majapahit, yang menganut agama Hindu dan agama Buddha tetap berkembang dengan baik.
3. Untuk membina rakyat yang beragama Buddha dan Hindu raja mengangkat dua penasehat agung yaitu Dharmadhyaksa Ring Kasogatan dari golongan Buddha dan Dharmadhyaksa Ring Kasewan dari golongan Hindu.
4. Kerukunan tetap terjaga berkat ide cemerlang dari seorang Pujangga Buddhis bernama Mpu Tantular terkenal dengan bukunya Sutasoma.
5. Salah satu syair yang terdapat dalam buku tersebut adalah : Ciwara Buddha Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa.
6. Kalimat ini sampai saat ini masih kita jumpai dengan nama Bhinneka Tunggal Ika.
D. ZAMAN PENJAJAHAN
1. Pada zaman ini agama Buddha tidak terdengar lagi kabarnya karena kedatangan penjajah Belanda dan setelah berdirinya VOC pada abad XVII-XX
2. Para penjajah tidak mengenal agama Buddha karena mereka beragama Kristen, Katolik dan Islam, tetapi agama Buddha dan Hindu masih ada dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari .
3. Lambat laun agama Buddha mulai muncul kembali tetapi di klenteng-klenteng dimana kegiatannya menitikberatkan pada upacara seremonial saja.

4. Pada abad ke XX agama Buddha mulai muncul kembali dengan dipelopori oleh orang belanda yang benama Josias Van Dienst di Bogor dan Ernest E. Power di Jakarta pada tahun 1920-an yang akhirnya mendirikan erkumpulan agama Buddha di Jawa.
5. Pada tahun 1934 seorang bhikkhu dari Srilanka bernama Narada mahathera datang ke Indonesia atas undangan Theosofi dari Bandung untuk menyebarkan agama Buddha di Bandung dan jakarta.
E. KEBANGKITAN AGAMA BUDDHA setelah INDONESIA MERDEKA.
1. Agama Buddha mulai bangkit dan berkembang pada zaman penjajahan Belanda dan datangnya seorang bhikkhu dari Srilanka.
2. Mulai tahun 1950-an mulai dibentuk organisasi umat Buddha yang mengkoordinir pembabaran dharma diseluruh Indonesia.
3. Karena kurangnya Sangha maka para pandita membantu perkembangan Buddha dhamma hingga saat ini.
4. Dengan jerih payah para pandita(dharmaduta) maka menghasilkan organisasi yang menjadi wadah tunggal umat Buddha yaitu WALUBI pada tahun 1979 di Yogyakarta.
5. WALUBI singkatan Perwalian Umat Buddha Indonesia.

Rencana

rencana para donatur...

Belum ada vihara

Tidak adanya vihara Di bawah naungan Magabudhi tidak menyurutkan umat buddha mempawah untuk melakukan waisak....

waisak 2010

Peringatan waisak 2010 Mempawah diadakan pada...

Kegiatan SD

Kegiatan SD dalam rangka waisak 2010

Senin, 12 April 2010

Filosofi Pacul




Cangkul atau pacul dalam bahasa jawa merupakan alat yang sangat
dibutuhkan, khususnya petani .Pacul atau cangkul di gunaka untuk
mengolah tanah agar siap digunakan untuk menanam bibit . ada 4 hal
yang penting yang terkandung dalam cangkul antara lain :

1. Landep : Adalah bagian yang tajam pada cangkul untuk mengali tanah. Ini diibaratkan dalam pemikiran yang tajam, kemampuan manajerial yangbitu kemampuan untuk memperhitungkan terlebih dahulu kerugian dan keuntungan yang mungkin akan diterima. Memiliki kemampuan untuk memikirkan secara jernih sebelum bertindak. Di dalam Agama Buddha sesuai dengan ayat Dhammapada ayat 1, landep berarti pikiran pikiran benar dan dilandasi pengertian yang benar (Jalan Mulia Berunsur Delapan). Filsafat ini tidak hanya digunakan untuk para petani, tetapi di gunakan oleh semua umat, baik pedagang, usahawan, maupun pegawai negeri maupun swasta.

2. Bawak : Berasal dari kata “Ngobahke awak” atau mengerakan badan. Setelah berfikir dengan benar kita harus mau bekerja keras agar memperoleh hasil yang maksimal, tidak tidak malas dan menghargai waktu.

3. Doran : Adalah bagian dari cangkul yang berfungsi untuk pegangan tangan. Doran berasal dari kata “ ora maido karo pangeran “ atau tidak melupaka Pangeran atau Tuhan maknanya adalah apapunyang dikerjakan atau di lakukan harus sejalan dengan keyakinan. Hal ini berarti ajaran ajaran Buddha di jadikan pedoman hidup kita. Doran berarti keyakinan, dengan kayakinan yang kuat maka kita akan semangat dalam bekerja, yakin akan hasil yang akan di capai.Kalau tak yakin akan di capai maka ahasilnya akan tidak maksimal, sama dengan doran atau pacul pegangan tangan yang lemah, membuat doran mudah lepas atau tidak kuat pacul atau cangkul tidak dapat digunakan untuk bekerja menggali tanah seperti halnya manusia. Bekerja tanpa kayakinan dan semangat hasil yang diperoleh tidak akan maksimal , sepeti yang diharapkan.

4. Tanding : Adalah bagian cangkul yang befungsi mengatur keseimbangan agar cangkul dapat digunakan dengan nyaman. Miskipun ukuranya kecil jika tandingnya bemasalah maka orang yang menyangkul pu akan merasa tidak akan nyaman, kerja pun bermasalah. Makna sari tanding ini adalah keseimbangan antara kehidupan social dan kehidupan spiritual. Sebagai umat awam, keseimbangan antara kehidupan social dan kehidupan spiritual adalah mutlak. Dalam agama Buddha diibaratkan “upekha “. Bahwa harus ada keseimbangan antara kesejahteraan dan kedamainan batin . Sosial ekonomi dan kemampuan batin harus ada keseimbangan. Jika memilik kekayaan berlimpah namun tidak diimbangi dengan batin yang kuat, manusia akan menjadi kikir, tidak mau berbagi dengan yang lain yang mengalami kesusahan (dana). Sebaliknya jika batin kuat namun social ekonomi kekurangan, sanak keluarga menjadi terlantar kehidupanya, baik kesehatan . pendidikan dan kesejahteraannya seperti tercantum dalam Dhammapada 156.

Contoh nyata, Negara Indonesia kaya raya hasil bumi makmur , kaya minyak bumi, rempah-rempah dan hayati, namun para penguasa dan pejabat Negara masih banyak yang korupsi, moralitas lemah terjadi banyak makelar kasus seperti ditjen pajak dan lainya Negara kacau balau, demantran menuntut keadilan, pengangguran, kelaparan dan kemiskinan, Sebagai umat Buddha yang baik marilah kita keseimbangkan antara ekonomi social dan kedamaian batin sehingga keluarga menjadi sejahtera dan damai, bangsa Indonesia pun sejahtera dan damai.

Sumber Majalah Permata Dhamma Edisi 14 Desember 2009

Jumat, 09 April 2010

KETUHANAN YANG MAHA ESA

KETUHANAN YANG MAHA ESA


Saddha artinya keyakinan. Keyakinan disini bukan berarti kepercayaan yang membabi buta, atau asal percaya saja, akan tetapi keyakinan yang berdasarkan pada fakta dan kebenaran. Yang dimaksud kebenaran adalah kesunyataan (Paramatha Sacca). Agama Buddha mempunyai keyakinan (Saddha) akan adanya :
1.Tuhan Yang Maha Esa
2.Tiratana atau Tri Ratna (Tiga Permata/Mustika)
3.Tipitaka/Tripitaka (Kitab Suci)
4.Bodhisatta/Bodhisatva (Calon Buddha)
5.Tilakkhana (Tiga Corak Umum)
6 Cattari Ariya Saccani (Empat Kesunyataan Mulia)
7.Kamma dan Punabhava (Perbuatan dan Kelahiran Kembali)
8.Paticcasamuppada (Hukum Sebab Akibat yang Saling bergantungan)
9.Nibbana/Nirvana(Kebahagiaan Tertinggi)

Dalam Kitab Suci Tipitaka yaitu pada Sutta Pitaka terdapat 4 keyakinan, yaitu:
1.Keyakinan terhadap hukum kamma/karma (Kamma Saddha)
2.Keyakinan terhadap akibat dari kamma/karma (Vipaka Saddha)
3.Keyakinan bahwa semua makhluk mempunyai karma masing-masing dan bertanggung jawab
terhadap perbuatannya (Kammassakata Saddha)
4.Keyakinan terhadap pencapaian penerangan sempurna dari Sang Buddha.



KETUHANAN YANG MAHA ESA

Setiap agama apapun bersendikan Ketuhanan YME, meskipun makna dan pengertian yang diberikan oleh setiap agama terhadap Tuhan berlainan antara agama yang satu dengan agama yang lain. Demikian juga agama Buddha meyakini Tuhan YME tidak sama dengan meyakini benua atau hal yang lain.
Keyakinan terhadap Tuhan YME melalui proses decara penalaran (akal) melalui penerangan sempurna. Dalam agama Buddha telah di ajarkan Ketuhanan YME sejak Sang Buddha membabarkan Dhammanya yang pertama kali di Taman Rusa Isipatana, yang memungkinkankita terbebas dari Samsara (lingkaran kelahiran kembali).
Tidak benar sama sekali seandainya ada sementara orang yang beranggapan bahwa agama Buddha tidak ber-Tuhan. Mungkin sementara orang tersebut menuntut adanya suatu nama sebutan untuknya, seperti apa yang mereka ketahui dalam agama mereka. Akam tetapi mereka itu kalau mau mempelajari Kitab Suci Tipitaka, maka akan menemukan sabda Sang Buddha tentang Ketuhanan YME.
Dalam Kitab Udana VIII,3 Sang Buddha bersabda sebagai berikut :
" Para bhikkhu ada yang tidak dilahirkan, tidak menjelma, tidak tercipta, yang Mutlak. Dan Para bhikkhu, bila tidak ada yang tidak dilahirkan, tidak menjelma, tidak tercipta, yang Mutlak, maka tidak dapat tergambarkan dalam bentuk apapun".
Kitab Udana VIII,3 terdapat dalam Sutta Pitaka bagian Khuddhaka Pitaka (buku yang kelima).
Sesuai dengan sabda Sang Buddha tersebut diatas jelaslah bagi kita bahwa Sang Buddha juga mengajarkan tentang Ketuhanan YME. Hanya saja konsep Ketuhanan dalam agama Buddha tidak sama dengan konsep Ketuhanan dari agama lain. Setelah mengetahui konsenya lalu timbul pertanyaan : "siapakah nama Tuhan dalam agama Buddha ? " Tuhan dalam agama Buddha bukan pribadi yang bisa diberi nama oleh karena itu agama Buddha menyebut Tuhan Yang Mutlak ". Namun Tuhan juga dapat disebut Sang Hyang Adi Buddha, Parama Buddha, Sang Tattagatha.
Dalam agama Buddha yang mutlak/Tuhan tidak dipandang sebagai suatu pribadi, yang kepada-Nya umat Buddha memanjatkan doa dan menggantungkan hidupnya, akan tetapi agama Buddha mengajarkan bahwa nasib, penderitaan, kebahagiaan, keberuntungan, kerugian, adalah hasil dari perbuatannya sendiri dimasa lampau.

Template by : kendhin x-template.blogspot.com